KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah,
marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Shalawat
serta Salam semoga Allah mencurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat, serta umatnya yang senantiasa mengikuti langkah beliau
hingga Yaumil Akhir.
Aamiin.
Dalam menyusun makalah ini, tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami namun berkat dorongan, dukungan
dan semangat dari orang terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
“Tak
ada gading yang tak retak” sesuai dengan peribahasa tersebut penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata “sempurna”
untuk itu, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima
kasih. Apabila ada kesalahan kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Cirebon,
Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................1
Daftar Isi .............................................................................................................................2
Bab I ...........................................................................................................................................3
Pendahuluan.......................................................................................................................3
1.1
Latar Belakang....................................................................................................3
1.2
Rumusan masalah...............................................................................................3
1.3
Tujuan Penulisan....................................................................................................3
1.4
Manfaat Penulisan..............................................................................................4
Bab II....................................................................................................................................5
Pembahasan.........................................................................................................................5
2.1
Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.......................................................5
2.2
Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.....................................................5
2.3
Memahami Budaya dan Perbedaanya..............................................................6
2.4
Prinsip-Prinsip Komunikasi Bisnis Lintas Budaya...........................................11
2.5
Saluran Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.......................................................13
2.6
Fungsi Komunikasi Bisnis Lintas Budaya........................................................13
2.7
Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing................................................15
Bab III................................................................................................................................18
Penutup.............................................................................................................................18
3.1
Kesimpulan.......................................................................................................18
3.2
Saran.................................................................................................................18
Daftar
Pustaka...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era gloobalisasi dewasa
ini , komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk
dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi
antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik,
dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan
teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya
komunikasi anatr budaya. Perbedaan kultur dari orang- orang yang
berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta
latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang
menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti
komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial
dewasa ini, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai fungsi
komunikasi antar budaya, yaitu meliputi fungsi pribadi dan sosial
komunikasi antar budaya. Tapi sebelumnya perlu kita ketahui juga mengenai hakikat
komunikasi antar budaya, prinsip- prinsip komunikasi antar budaya, serta
saluran komunikasi antar budaya.
1.2
Rumusan Masalah
Terkait dengan peran komunikasi bisnis lintas budaya
dalam penulisan sebuah laporan maka masalah yang dikaji sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud
dengan komunikasi bisnis Lintas Budaya ?
2. Bagaimana
pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya ?
3. Bagaimana cara
memahami budaya dan perbedaannya ?
4. Bagaimana
prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya ?
5. Bagaimana saluran
komunikasi lintas budaya?
6. Bagaimana Fungsi
komunikasi lintas budaya?
7. Bagaimana cara
berkomunikasi dengan orang berbudaya asing?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi
tugas mata kuliah komunikasi bisnis
2. Memahami definisi
komunikasi bisnis Lintas Budaya.
3. Memahami pentingnya
komunikasi bisnis lintas budaya.
4. Mengetahui cara
memahami budaya dan perbedaannya.
5. Memahami
prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya.
6. Memahami fungsi
komunikasi lintas budaya.
7. Untuk memahami
cara berkomunikasi dengan orang berbudaya asing.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan makalah
tentang Komunikasi Bisnis Lintas Budaya yakni :
1. Membantu
penulis untuk memahami Komunikasi bisnis lintas budaya dalam menjalankan
bisnis.
2. Membantu
penulis untuk mengetahui prosedur yang benar dalam penulisan laporan
3. Meminimalisir
kesalahan yang terjadi dalam penulisan laporan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Komunikasi
Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik
komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya
disuatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas budayadalam hal ini
bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi juga budaya yang
tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu negara.
Sebagaimana
diketahui, setiap daerah yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya
yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang
berkomunikasi sengan orang lain, baaimana seseorang menghargai orag lain,
bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja,
bagaimana mereka meyakini atau mempercayai sesuatu yang sudah turun-temurun
dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka
memperlakukan suatu produk.
Begitu
pula pelaku bisnis, apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke
daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya disuatu daerah atau negara
tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami
produk-produk musiman disuatu negara, agar tidak terjadi kesalahan fatal yang
dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.
2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sudah
saatnya para pengambil keputusan, khususnya manajemen puncak, mengantisipasi
era perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini, era yang ditandai dengan
semakin meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk teknologi komunikasi ini,
menyebabkan pertukaran informasi dari suatu negara ke negara lain semakin
leluasa, sehingga seolah dunia tidak terkait dengan sekat-sekat yang membatasi
wilayah suatu negara.
Dalam
menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan besar
mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan
besar yang beroperasi di tanah air baik di bidang manufaktur, eksplorasi,
maupun jasa, menggunakan beberapa konsultan asing untuk membantu mengembangkan
perusahaan mereka, begitupun sebaliknya.
Dengan
melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas
budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di
antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang
atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui lisan maupun
tulisan. Dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke
wialyah suatu negara dan didoroang dengan semakin pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan
komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.
2.3 Memahami Budaya dan Perbedaannya
a. Definisi Budaya
Budaya
dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung pada sudut pandang stiap ahli.
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya.
w
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty. Budaya diartikan sebagai sekumpulan
pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup
masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya
bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
w
Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran
yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.
Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman kolektif yang
menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir
di dunia ini. Sebagai contoh, di Jepang ketika seorang bayi baru lahir, untuk
beberapa tahun awal si bayi tidur di kamar orang tuanya. Sedangkan di Inggris
dan Amerika, bayi yang baru lahir ditempatkan di kamar yang berbeda beberapa
minggu atau bulan kemudian.
w
Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbol-simbol,
kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.
Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi tersebut.
Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang berbeda-beda dan
terpisah, tetapi ada juga yang memiliki kecenderungan homohgen. Kelompok
berbeda (distinct group) yang ada
dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai subbudaya (subcultures). Indonesia adalah sebuah
contoh negara yang memiliki subbudaya yang sangat beragam baik etnis maupun
agama. Hal ini berbeda dengan Jepang yang hanya memiliki beberapa subbudaya dan
cenderung bersifat homogen.
w
Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik
perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga mengindikasikan bahwa
komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal
dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.
w
Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan,
standar, pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh
individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang
bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Budaya suatu
masyarakat disampaikan dari generasi ke generasi dan aspek-aspek seperti
bahasa, kepercayaan/keyakinan, adat, dan hukum, akan saling berkaitan dan
membentuk pandangan masyarakat akan otoritas, moral, dan etika. Pada akhirnya
budaya akan bermanifestasi ke dalam bagaimana seseorang menjalankan bisnis,
menegosiasikan kontrak atau menangani hubungan bisnis potensial.
b.
Komponen Budaya
Menurut
Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen
utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau ditolak),
norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo suatu
perusahaan), bahasa, dan pengetahuan.
Menurut
Mitchell, komponen budaya mencakup anatara lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan,
sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial.
Menurut
Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material, lembaga
sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
a. Budaya material (material
culture) dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu teknologi dan ekonomi.
Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau
membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada
umumnya. Pendududk di negara maju dan mempunyai tingkat teknologi tinggi akan
lebih mudah mengadopsi teknologi baru dibandingkan penduduk di negara dengan
tingkat teknologi rendah.
Ekonomi
dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan segala
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Termasuk di dalamnya adalah segala bentuk kegiatan yang
menghasilkan barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara pertukaran, dan
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi.
b. Organisasi sosial (social
institution) dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara
bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan
mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar
perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya. Kedudukan pria dan
wanita dalam suatu masyarakat, keluarga, kelas sosial, dan kelompok umur dapat
ditafsirkan secara berbeda/berlainan dalam setiap budaya. Pada masa lalu dalam
masyarakat tertentu, kaum wanita cenderung memiliki posisi yang relatif lemah
daripada pria. Namun, kini tanggapan seperti itu sudah tidak berlaku lagi. Pria
dan wanita memiliki kedudukan yang seimbang dalam meniti karier masing-masing.
c. Sistem kepercayaan atau keyakinan (belief system) yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh
terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut
oleh suatu masyarakat juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka,
bagaimana mereka memandang hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka
konsumsi dan cara bagaimana mereka membelisuatu produk. Bahkan jenis pakaian
yang dikenakan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap
harinya, sebenarnya juga tidak lepas dari pengaruh yang kuat atas keyakinan
atau kepercayaan yang dianut seseorang.
d. Estetika (aesthetics)
berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama dan tari-tarian.
Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran tentunya
perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara
efektif. Contoh sederhana, di kalangan masyarakat Barat ada yang beranggapan
angka 13 adalah angka yang akan membawa kesialan sehingga angka 13 sering
dilewati dan dijadikan 14A.
e. Bahasa (language)
adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui
simbol-simbol tertentu kepada orang lain. Bahasa adalah suatu komponen budaya
yang paling sulit dipahami. Meskipun demikian, bahasa sangatlah penting untuk
dipelajari dan dipahami dengan benar sehingga melalui bahasa orang dapat memperoleh
empati dan simpati dari orang lain. Untuk dapat memahami bahasa asing secara
baik dan benar diperukan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang cukup.
c. Tingkatan Budaya
Menurut
Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya,
yaitu:
a. Formal
Budaya
pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi satu kebiasaan yang dilakukan
oleh suatu masyarakat yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa
Indonesia adalah termasuk salah satu budaya tingkat formal yang mempunyai suatu
aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga sekarang.
Contohnya, sebuah kalimat sebaiknya terdiri dari subjek, predikat, objek.
Dimensi waktu yang diukur dengan satuan tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit,
dan detik juga termasuk bagian dari budaya tingkat formal.
b. Informal
Pada
tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari
generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai
(digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
Contoh, mengapa seseorang bersedia dipanggil dengan nama julukan bukan nama
aslinya, hal tersebut dilakukan karena dia tahu teman-temannya biasa memanggil
dengan nama julukan.
c. Teknis
Pada
tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting.
Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang
lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal, pembelajaran dalam budaya
mencakup pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan
teknis,aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat, seperti kapan suatu
kegiatan tertentu dapat diprediksi waktunya secara tepat, seperti kapan suatu
kegiatan peluncuran roket bisa dimulai. Pembelajaran secara teknis memiliki
ketergantungan sangat tinggi pada orang yang mampu memberikan alasan-alasan
yang logis bagi suatu tindakan tertentu.
d. Mengenal Perbedaan Budaya
Ø
Nilai-Nilai Sosial
Secara umum orang-orang Amerika berpandangan
bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai masalah, kekayaan yang diperoleh dari
usahanya sendiri merupakan sinyal superioritas, dan orang yang bekerja keras
lebih baik daripada yang tidak bekerja keras. Mereka juga benci terhadap
kemiskinan dan menghargai kerja keras. Di Indonesia, khususnya orang-orang yang
tinggal di daerah pedesaan masih memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi,
sementara ada kecenderungan bahwa nilai gotong royong mulai memudar di daerah
perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualistis.
Ø
Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan
dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka
komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh,
di negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis marih
relatif rendah. Sementara, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
Eropa, peran wanita di dunia bisnis sudah cukup kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status,
yang cara pandangnya berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain.
Kebanyakan status para eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol
yang bernuansa materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai dengan
ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah
aksesoris yang menarik. Di Indonesia, status seorang eksekutif dapat dilihat
dari penataan ruang kerja yang terkesan luks dan seberapa mewah jenis kendaraan
yang digunakan.
Ø
Pengambilan Keputusan
Di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat dan Kanada, para eksekutif selalu berupaya secepat dan seefisien
mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak
berkaitan dengan suatu keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih
rinci diserahkan kepada manajer yang lebih bawa. Lain halnya di Amerika Latin
dan Jepang, proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer puncak
umumnya berjalan lambat dan bertele-tele.
Ø
Konsep Waktu
Sebagian besar penduduk negara maju
sudah menyadari bahwa waktu sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu, para
eksekutif Amerika Serikat dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien
dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu. Oleh
karena waktu sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka cenderung langsung
menuju pada pokok persoalan (to the
point) dan cepat. Hal ini berbeda dengan para eksekutif dari Amerika Latin
dan Asia, yang umumnya memandang waktu relatif luwes/fleksibel. Menurut mereka,
menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis lebih penting daripada sekedar dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Ø
Konsep Jarak Komunikasi
Sebagaimana masalah waktu, menjaga
jarak komunikasi juga berbeda untuk budaya yang berbeda. Ketika melakukan
pembicaraan bisnis, para eksekutif Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak
sekitar 5 feet dari lawan bicara. Namun, bagi para eksekutif Jerman atau
Jepang, jarak komunikasi tersebut dirasakan kurang dekat. Sementara itu, para
eksekutif dari negara Timur Tengah mempunyai kecenderungan untuk melakukan
pembicaraan bisnis dengan jarak komunikasi yang relatif dekat
Ø
Konteks Budaya
Salah satu dari berbagai macam cara
orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya.
Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang
tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada
komunikasi nonverbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan
pesan-pesan secara tidak langsung (indirect)
yang disertai dengan ekspresi ataupun geraka-gerakan tubuh; dalam konteks
budaya rendah, seperti Amerika Serikat dan Jerman, orang sangat tergantung pada
komunikasi verbal dan bukan komunikasi nonverbal. Jadi, dalam melakukan
pembicaraan mereka cenderung langsung pada persoalan atau disampaikan secara
eksplisit tanpa basa basi.
Ø
Bahasa Tubuh
Perbedaan bahasa tubuh sering kali
menjadi sumber kesalahpahaman berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang
perlu mewaspadai antara kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya
agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya. Contohnya, sinyal ”Tidak”
orang Amerika Serikat dan Kanada dengan mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
namun orang Bulgaria dengan menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah atau
membungkukkan badan yang dilakukan di Jepang dapat dipandang oleh orang Amerika
Serikat sebagai sikap menjilat.
Bantuk bahasa tubuh lainnya adalah
kontak mata. Mata adalah salah satu bagian tubuh yang sangat ekspresif.
Orang-orang Mediterania menggunakan mata untuk berbagai tujuan antara lain:
membelalakkan mata (menyatakan kemarahan), mata berkedip (menyatakan
persengkongkolan), bulu mata bergetar (untuk memperkuat rayuan).
Ø
Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan di suatu negara
bisa jadi dianggap kurang sopan di negara lain. Contohnya, di negara-negara
Arab memberikan suatu hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan,
namun tidak demikian jika diberikan kepada anak-anaknya.
Ø
Perilaku Etis
Perilaku yang etis dan tidak etis
antarnegara pun bisa berbeda. Di beberapa negara, perusahaan diharapkan
membayar sejumlah uang secara resmi untuk persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran
tersebut dianggap sebagai hal yang rutin, namun di negara Amerika Serikat dan
Swedia hal tersebut dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan
ilegal.
Ø
Perbedaan Budaya Perusahaan
Budaya organisasi adalah cara
perusahaan dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, budaya organisasi
mempengaruhi cara orang bereaksi dengan orang lain. Ia juga dapat melihat
bagaimana pekerja melakukan tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan dan bereaksi
satu sama lainnya, dan bagaimana mereka memandang perubahan. Saat ini, banyak
perusahaan di Amerika Serikat mencoba membuat aliansi strategis dengan
perusahaan asing dan sebagian mengalami kegagalan. Salah satu alasan
kegagalannya adalah pertentangan budaya antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi
Lintas Budaya
1. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan
perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir
tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik
bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia
sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya
masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda
juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa sebagai
cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan
budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam
isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya,
makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan
ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih
banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak
salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3. Mengurangi
Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah
ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita
berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik
menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak
waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara
lebih bermakna.
4. Kesadaran diri dan
perbedaan antar budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar
kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini
mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal
yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita
terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5. Interaksi awal dan
perbedaan antar budaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi
awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan
menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi
dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi
komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan
hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat
tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama,
orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan
hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku
komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh
hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan
hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan
topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan
sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan
memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan
memberikan hasil negatif.
2.5 Saluran Komunikasi Lintas
Budaya
1. Antarpribadi
/ interpersonal / person-person yaitu orang dengan orang secara
langsung
2. Media massa
yaitu melalui radio, surat kabar, TV, Film, Majalah
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran
komunikasi juga mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB.
Misalnya : orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di
Afrika akan memilih pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia
sendiri berada disana dan melihat dengan mata kepala sendiri.
Umumnya pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan dampak
yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal
feedback langsung antar partisipan dan bersifat satu arah. Sebaliknya,
saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam
mencapai jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan.
Tetapi dalam keduanya, proses-proses komunikasi bersifat
antarbudaya bila partisipan- partisipannya berbeda latar belakang
budayanya. Ketiga dimensi diatas dapat digunakan secara terpisah ataupun
bersamaan, dalam mengkalsifikasikan fenomena KAB khusus. Misalnya : kita
dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia dengan Dubes
baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasaional, antarpribadi dalam
konteks politik, komunikasi antara pengecara AS dari keturunan Cina
dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi antar
etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi migran. Maka
apapun tingkat keanggotaan kelompok konteks sosial dan saluran
komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator
yang menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman
berbeda.
2.6 Fungsi-Fungsi
Komunikasi Lintas Budaya
1. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah
fungsi-fungsi komunikasi antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku
komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
w Menyatakan
Identitas Sosial
Dalam proses
komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu
yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku
itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara
verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat
diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui
asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan
seseorang.
w Menyatakan
Intergrasi Sosial
Inti konsep integrasi
sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan
komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi
antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang
melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka
integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
w Menambah
pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya
menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
w Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi
dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah
yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi
yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak
mempunyai perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam
hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak
dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang
yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin
pada perilaku yang lainnya.
2. Fungsi Sosial
w Pengawasan
Fungsi sosial yang
pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara
komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling
mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini
bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang
lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media
massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang
terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah
konteks kebudayaan yang berbeda.
w Menjembatani
Dalam proses
komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua
orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di
antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan
perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.
Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk
komunikasi massa.
w Sosialisasi
Nilai
Fungsi sosialisasi
merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai
kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
w Menghibur
Fungsi menghibur juga sering
tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton
tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam
kategori hiburan antarbudaya.
2.7 Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing
1. Belajar tentang Budaya
Ketika
merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda,
seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah mempelajari
budayanya. Lagipula, ketika merencanakan untuk tinggal di negara lain, ia
tentunya juga sudah mempersiapkan bahasa yang harus dikuasainya.
Di
samping itu, ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya orang tersebut juga
sedikit banyak mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku di negara
tersebut. Bahasa asing tentunya tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat.
Namun, memulai mengenal beberapa kata bahasa asing untuk suatu pergaulan di
lingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu dikembangkan.
Selain
belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang budaya asing
tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra bisnis Anda.
Usahakan agar Anda berkonsentrasi belajar pada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sejarah budaya, agama, politik, nilai-nilai, dan adat istiadat. Berikut
ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan ke suatu
negara:
a. di Spanyol, orang berjabat tangan
paling lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera
dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di Perancis, orang berjabat
tangan cukup dengan hanya sekali ayunan atau gerakan.
b. Jangan memberikan hadiah
minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab.
c. Di Pakistan atau negara-negara yang
berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau di tengah-tengah suatu
pertemuan bisnis mereka minta izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena
setiap Muslim wajib sholat lima kali sehari.
d. Anda dianggap menghina tuan rumah
jika Anda menolak tawaran makanan, minuman atau setiap bentuk kebaikan di
negara-negara Arab. Namun, anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk
tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara
sopan.
e. Tekankan usia perusahaan Anda ketika
berhubungan bisnis dengan pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.
2. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya
Mempelajari apa yang dapat dilakukan
oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang
baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya
secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan
terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh
atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap
perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.
Mempelajari keterampilan komunikasi
lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap
budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki
budaya berbeda.
Berikut ini adalah beberapa petunjuk
atau tips yang diperlukan seseorang ketika berhubungan dengan orang lain yang
memiliki budaya berbeda.
a. Asumsikan berbeda hingga suatu
persamaan telah terbukti. Jangan berasumsi bahwa orang lain memiliki pandangan
sama sampai benar-benar menjadi kenyataan.
b. Berani mengambil tanggung jawab saat
berkomunikasi. Jangan berasumsi bahwa ini adalah pekerjaan orang lain untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tidak memberi pendapat. Belajar
mendengar suatu cerita yang utuh dan terimalah perbedaan dengan tanpa
memberikan pendapat atau penilaian tentang mereka.
d. Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar
bagaimana suatu penghargaan itu dikomunikasikan melalui suatu gerak isyarat,
kontak mata, dan sejenisnya dalam berbagai budaya yang berbeda.
e. Empati. Sebelum menyampaikan suatu
pesan, cobalah untuk membayangkan perasaan orang lain bagaimana dan mengapa
berkomunikasi.
f. Menahan sikap ambiguitas/mendua.
Belajar untuk mengendalikan kekecewaan pada situasi yang membingungkan.
g. Jangan melihat sesuatu yang
superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu seperti pakaian, penampilan, atau
ketidaknyamanan lingkungan.
h. Sabar dan tekun. Ketika seseorang
berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda, jangan mudah
menyerah.
i. Mengenal bias budaya Anda sendiri.
Belajar untuk mengidentifikasi ketika asumsi Anda berbeda dengan orang lain.
j. Fleksibel/luwes. Siap mengubah
kebiasaan atau sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki
budaya berbeda.
k. Tekankan hal-hal yang biasa. Carilah
kesamaan untuk menjalin suatu kerja sama.
l. Mengirim pesan yang jelas. Membuat
sinyal verbal dan nonverbal yang jelas dan konsisten.
m. Tingkatkan kepekaan budaya Anda.
Belajar tentang berbagai kebiasaan dan praktik, sehingga seseorang perlu
waspada terhadap potensi munculnya salah komunikasi.
n. Bersifat individual. Berkomunikasi
dengan setiap orang sebagai individu bukanlah mewakili kelompok lain.
o. Belajar secara langsung. Investigasi
setiap budaya, sehingga Anda tahu kapan mengirim suatu pesan dengan cara
langsung atau tidak langsung.
p. Memperlakukan tafsiran Anda sebagai
hipotesis kerja. Saat Anda memahami budaya asing, berhati-hatilah terhadap
umpan balik yang dilakukan si penerima pesan.
3. Negosiasi Lintas Budaya
Moran,
Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pelatihan lintas budaya (cross-cultural training), membedakan budaya dalam dua
kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti makanan, liburan,
gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap dan
nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang
yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan
negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun
bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat cenderung relatif
impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam sudut
pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting di
antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka pada
suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda sebaiknya
bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal (pribadi) di Cina.
Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun
kepercayaan dalam proses negosiasi.
Di
Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai suasana yang formal
dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada pihak lain.
Negosiator
dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah dan
metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner Anda
sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam memahami pandangan mereka.
Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan
membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang
pada akhirnya dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Semakin
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan
peluang untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berbicara dengan bahasa dan
budaya yang berbeda. Pengembangan keterampilan komunikasi bisnis lintas budaya
menjadi semakin penting artinya, mengingat kecenderungan dunia bisnis yang
semakin global.
Terdapat
tiga tingkatan budaya, yaitu: formal, informal, dan teknis. Kendala utama dalam
komunikasi lintas budaya adalah perbedaan budaya dan masalah bahasa. Perbedaan
budaya sering kali menjadikan komunikasi tikak efektif.
Perbedaan
budaya dapat ditunjukkan dalam nilai-nilai social, ide status, kebiasaan
pengambilan keputusan, sikap terhadap waktu, pengaturan jarak bicara, konteks budaya,
bahasa tubuh, adat-istiadat, perilaku hukum dan etika.
Seseorang
dapat mempelajari budaya tertentu dengan cara membaca buku-buku dan artikel,
berbicara dengan orang ynag menjadi bagian dari suatu budaya, belajar
bahasanya, sejarah suatu budaya suatu Negara, agama, politik, nilai-nilai, dan
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat suatu Negara.
3.2
Saran
Hendaknya para pelaku bisnis dan
masyarakat umum mau mempelajari dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar
tidak terjadi kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayawan
hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budayanya baik itu
budaya yang bersifat verbal maupun yang nonverbal guna mengatasi kesenjangan
dan perselisihan antar budaya dalam hal apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Djoko, 2011. Komunikiasi Bisnis, Jakarta: Erlangga
I like't mengunjungi blog kamu.
BalasHapus