Minggu, 12 April 2015

Makalah Komunikasi Lintas Budaya

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Alhamdulillah, marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Shalawat serta Salam semoga Allah mencurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta umatnya yang senantiasa mengikuti langkah beliau hingga Yaumil Akhir.
Aamiin.
           
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami namun berkat dorongan, dukungan dan semangat dari orang terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
           
Tak ada gading yang tak retak” sesuai dengan peribahasa tersebut penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata “sempurna” untuk itu, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. 
           
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih. Apabila ada kesalahan kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.


                                                                                                           


Cirebon, Maret 2015
Penyusun



                                                       DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1
Daftar Isi .............................................................................................................................2
Bab I ...........................................................................................................................................3
Pendahuluan.......................................................................................................................3
            1.1 Latar Belakang....................................................................................................3
            1.2 Rumusan masalah...............................................................................................3
            1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................3
            1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................4
Bab II....................................................................................................................................5
Pembahasan.........................................................................................................................5
            2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.......................................................5
            2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.....................................................5
            2.3 Memahami Budaya dan Perbedaanya..............................................................6
            2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi Bisnis Lintas Budaya...........................................11
            2.5 Saluran Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.......................................................13
            2.6 Fungsi Komunikasi Bisnis Lintas Budaya........................................................13
            2.7 Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing................................................15
Bab III................................................................................................................................18
Penutup.............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
3.2 Saran.................................................................................................................18
Daftar Pustaka...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era gloobalisasi dewasa ini , komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi anatr budaya.  Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial dewasa ini, oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai fungsi komunikasi antar budaya, yaitu meliputi fungsi  pribadi dan sosial komunikasi antar budaya. Tapi sebelumnya perlu kita ketahui juga mengenai hakikat komunikasi antar budaya, prinsip- prinsip komunikasi antar budaya, serta saluran komunikasi antar budaya.

1.2 Rumusan Masalah
Terkait dengan peran komunikasi bisnis lintas budaya dalam penulisan sebuah laporan maka masalah yang dikaji sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi bisnis Lintas Budaya ?
2. Bagaimana pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya ?
3. Bagaimana cara memahami budaya dan perbedaannya ?
4. Bagaimana prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya ?
5. Bagaimana saluran komunikasi lintas budaya?
6. Bagaimana Fungsi komunikasi lintas budaya?
7. Bagaimana cara berkomunikasi dengan orang berbudaya asing?

1.3 Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi bisnis
2. Memahami definisi komunikasi bisnis Lintas Budaya.
3. Memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya.
4. Mengetahui cara memahami budaya dan perbedaannya.
5. Memahami prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya.
6. Memahami fungsi komunikasi lintas budaya.
7. Untuk memahami cara berkomunikasi dengan orang berbudaya asing.



1.4 Manfaat Penulisan
            Manfaat dalam penulisan makalah tentang Komunikasi Bisnis Lintas Budaya yakni :
1.      Membantu penulis untuk memahami Komunikasi bisnis lintas budaya dalam menjalankan bisnis.
2.      Membantu penulis untuk mengetahui prosedur yang benar dalam penulisan laporan
3.      Meminimalisir kesalahan yang terjadi dalam penulisan laporan



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
            Komunikasi Bisnis Lintas Budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara. Pengertian lintas budayadalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu negara.
            Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi sengan orang lain, baaimana seseorang menghargai orag lain, bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang ada, bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka meyakini atau mempercayai sesuatu yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.
            Begitu pula pelaku bisnis, apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya disuatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman disuatu negara, agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis.

2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
            Sudah saatnya para pengambil keputusan, khususnya manajemen puncak, mengantisipasi era perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini, era yang ditandai dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk teknologi komunikasi ini, menyebabkan pertukaran informasi dari suatu negara ke negara lain semakin leluasa, sehingga seolah dunia tidak terkait dengan sekat-sekat yang membatasi wilayah suatu negara.
            Dalam menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan besar mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di tanah air baik di bidang manufaktur, eksplorasi, maupun jasa, menggunakan beberapa konsultan asing untuk membantu mengembangkan perusahaan mereka, begitupun sebaliknya.
            Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui lisan maupun tulisan. Dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke wialyah suatu negara dan didoroang dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.

2.3 Memahami Budaya dan Perbedaannya
a. Definisi Budaya
Budaya dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung pada sudut pandang stiap ahli. Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya.
w Menurut Lehman, Himstreet dan Baty. Budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
w Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah kita lahir di dunia ini. Sebagai contoh, di Jepang ketika seorang bayi baru lahir, untuk beberapa tahun awal si bayi tidur di kamar orang tuanya. Sedangkan di Inggris dan Amerika, bayi yang baru lahir ditempatkan di kamar yang berbeda beberapa minggu atau bulan kemudian.
w Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system sharing atas simbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku. Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki asumsi-asumsi tersebut. Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang berbeda-beda dan terpisah, tetapi ada juga yang memiliki kecenderungan homohgen. Kelompok berbeda (distinct group) yang ada dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai subbudaya (subcultures). Indonesia adalah sebuah contoh negara yang memiliki subbudaya yang sangat beragam baik etnis maupun agama. Hal ini berbeda dengan Jepang yang hanya memiliki beberapa subbudaya dan cenderung bersifat homogen.
w Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan nonverbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.
w Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Budaya suatu masyarakat disampaikan dari generasi ke generasi dan aspek-aspek seperti bahasa, kepercayaan/keyakinan, adat, dan hukum, akan saling berkaitan dan membentuk pandangan masyarakat akan otoritas, moral, dan etika. Pada akhirnya budaya akan bermanifestasi ke dalam bagaimana seseorang menjalankan bisnis, menegosiasikan kontrak atau menangani hubungan bisnis potensial.

b. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau ditolak), norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo suatu perusahaan), bahasa, dan pengetahuan.
Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup anatara lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial.
Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
a. Budaya material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. Pendududk di negara maju dan mempunyai tingkat teknologi tinggi akan lebih mudah mengadopsi teknologi baru dibandingkan penduduk di negara dengan tingkat teknologi rendah.
Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Termasuk di dalamnya adalah segala bentuk kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara pertukaran, dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi.
b. Organisasi sosial (social institution) dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya. Kedudukan pria dan wanita dalam suatu masyarakat, keluarga, kelas sosial, dan kelompok umur dapat ditafsirkan secara berbeda/berlainan dalam setiap budaya. Pada masa lalu dalam masyarakat tertentu, kaum wanita cenderung memiliki posisi yang relatif lemah daripada pria. Namun, kini tanggapan seperti itu sudah tidak berlaku lagi. Pria dan wanita memiliki kedudukan yang seimbang dalam meniti karier masing-masing.
c. Sistem kepercayaan atau keyakinan (belief system) yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka memandang hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi dan cara bagaimana mereka membelisuatu produk. Bahkan jenis pakaian yang dikenakan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap harinya, sebenarnya juga tidak lepas dari pengaruh yang kuat atas keyakinan atau kepercayaan yang dianut seseorang.
d. Estetika (aesthetics) berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama dan tari-tarian. Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara efektif. Contoh sederhana, di kalangan masyarakat Barat ada yang beranggapan angka 13 adalah angka yang akan membawa kesialan sehingga angka 13 sering dilewati dan dijadikan 14A.
e. Bahasa (language) adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui simbol-simbol tertentu kepada orang lain. Bahasa adalah suatu komponen budaya yang paling sulit dipahami. Meskipun demikian, bahasa sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami dengan benar sehingga melalui bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati dari orang lain. Untuk dapat memahami bahasa asing secara baik dan benar diperukan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang cukup.

c. Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu:
a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi satu kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu budaya tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga sekarang. Contohnya, sebuah kalimat sebaiknya terdiri dari subjek, predikat, objek. Dimensi waktu yang diukur dengan satuan tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik juga termasuk bagian dari budaya tingkat formal.
b. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan. Contoh, mengapa seseorang bersedia dipanggil dengan nama julukan bukan nama aslinya, hal tersebut dilakukan karena dia tahu teman-temannya biasa memanggil dengan nama julukan.



c. Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting. Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal, pembelajaran dalam budaya mencakup pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan teknis,aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat, seperti kapan suatu kegiatan tertentu dapat diprediksi waktunya secara tepat, seperti kapan suatu kegiatan peluncuran roket bisa dimulai. Pembelajaran secara teknis memiliki ketergantungan sangat tinggi pada orang yang mampu memberikan alasan-alasan yang logis bagi suatu tindakan tertentu.

d. Mengenal Perbedaan Budaya
Ø Nilai-Nilai Sosial
Secara umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai masalah, kekayaan yang diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal superioritas, dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada yang tidak bekerja keras. Mereka juga benci terhadap kemiskinan dan menghargai kerja keras. Di Indonesia, khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan masih memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, sementara ada kecenderungan bahwa nilai gotong royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualistis.
Ø Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh, di negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis marih relatif rendah. Sementara, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, peran wanita di dunia bisnis sudah cukup kuat.
Begitu pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para eksekutif di Amerika Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik. Status sebagai seorang eksekutif ditandai dengan ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal, meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris yang menarik. Di Indonesia, status seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang terkesan luks dan seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.
Ø Pengambilan Keputusan
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manajer yang lebih bawa. Lain halnya di Amerika Latin dan Jepang, proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer puncak umumnya berjalan lambat dan bertele-tele.
Ø Konsep Waktu
Sebagian besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa waktu sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika Serikat dan Jerman membuat rencana bisnis secara efisien dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu. Oleh karena waktu sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka cenderung langsung menuju pada pokok persoalan (to the point) dan cepat. Hal ini berbeda dengan para eksekutif dari Amerika Latin dan Asia, yang umumnya memandang waktu relatif luwes/fleksibel. Menurut mereka, menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis lebih penting daripada sekedar dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
Ø Konsep Jarak Komunikasi
Sebagaimana masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara. Namun, bagi para eksekutif Jerman atau Jepang, jarak komunikasi tersebut dirasakan kurang dekat. Sementara itu, para eksekutif dari negara Timur Tengah mempunyai kecenderungan untuk melakukan pembicaraan bisnis dengan jarak komunikasi yang relatif dekat
Ø Konteks Budaya
Salah satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi nonverbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan-pesan secara tidak langsung (indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun geraka-gerakan tubuh; dalam konteks budaya rendah, seperti Amerika Serikat dan Jerman, orang sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi nonverbal. Jadi, dalam melakukan pembicaraan mereka cenderung langsung pada persoalan atau disampaikan secara eksplisit tanpa basa basi.
Ø Bahasa Tubuh
Perbedaan bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang perlu mewaspadai antara kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya. Contohnya, sinyal ”Tidak” orang Amerika Serikat dan Kanada dengan mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan namun orang Bulgaria dengan menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah atau membungkukkan badan yang dilakukan di Jepang dapat dipandang oleh orang Amerika Serikat sebagai sikap menjilat.
Bantuk bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah satu bagian tubuh yang sangat ekspresif. Orang-orang Mediterania menggunakan mata untuk berbagai tujuan antara lain: membelalakkan mata (menyatakan kemarahan), mata berkedip (menyatakan persengkongkolan), bulu mata bergetar (untuk memperkuat rayuan).
Ø Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang sopan di negara lain. Contohnya, di negara-negara Arab memberikan suatu hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak demikian jika diberikan kepada anak-anaknya.
Ø Perilaku Etis
Perilaku yang etis dan tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di beberapa negara, perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara resmi untuk persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal yang rutin, namun di negara Amerika Serikat dan Swedia hal tersebut dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan ilegal.
Ø Perbedaan Budaya Perusahaan
Budaya organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara orang bereaksi dengan orang lain. Ia juga dapat melihat bagaimana pekerja melakukan tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan dan bereaksi satu sama lainnya, dan bagaimana mereka memandang perubahan. Saat ini, banyak perusahaan di Amerika Serikat mencoba membuat aliansi strategis dengan perusahaan asing dan sebagian mengalami kegagalan. Salah satu alasan kegagalannya adalah pertentangan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi Lintas Budaya
1. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

2. Bahasa sebagai cermin budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

3. Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

4. Kesadaran diri dan perbedaan antar budaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

5. Interaksi awal dan perbedaan antar budaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

6. Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.



2.5 Saluran Komunikasi Lintas Budaya
1. Antarpribadi / interpersonal / person-person yaitu orang dengan orang  secara langsung  
2. Media massa yaitu melalui radio, surat kabar, TV, Film, Majalah
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga  mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya : orang Indonesia  menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan memilih pengalaman  yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada disana dan melihat dengan  mata kepala sendiri.   Umumnya pengalaman komunikasi antar pribadi dianggap memberikan  dampak yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal  feedback  langsung antar partisipan dan bersifat satu arah. Sebaliknya, saluran  antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam mencapai  jumlah besar manusia sekaligus melalui batas-batas kebudayaan. Tetapi dalam  keduanya, proses-proses komunikasi bersifat antarbudaya  bila partisipan-  partisipannya berbeda latar belakang budayanya. Ketiga dimensi diatas dapat  digunakan secara terpisah ataupun bersamaan, dalam mengkalsifikasikan  fenomena KAB khusus. Misalnya : kita dapat menggambarkan komunikasi antara  Presiden Indonesia dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi  internasaional, antarpribadi dalam konteks politik, komunikasi antara pengecara  AS dari keturunan Cina dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai  komunikasi antar etnik, antarpribadi dan massa dalam konteks akulturasi migran.  Maka apapun tingkat keanggotaan kelompok konteks sosial dan saluran  komunikasi, komunikasi dianggap antar budaya apabila para komunikator yang  menjalin kontak dan interaksi mempunyai latar belakang pengalaman berbeda.


2.6 Fungsi-Fungsi Komunikasi Lintas Budaya

1.  Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi  antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber  dari seorang individu.
w  Menyatakan Identitas Sosial 
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku  komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas  sosial.  Perilaku  itu dinyatakan melalui  tindakan berbahasa  baik secara  verbal  dan  nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri  maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul  suku  bangsa,  agama,  maupun tingkat pendidikan seseorang.



w  Menyatakan Intergrasi Sosial
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan  antarpribadi, antarkelompok  namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan  yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan  komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi  antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya  yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan,  maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. 
w  Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
w  Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.
Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.

2.  Fungsi Sosial
w  Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi  antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada  kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi  antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan  "perkembangan" tentang  lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan  oleh  media massa  yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa  yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam  sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
w  Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang  dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan  jembatan  atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol  melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling  menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan  makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks  komunikasi termasuk komunikasi massa.



w  Sosialisasi Nilai
Fungsi  sosialisasi  merupakan fungsi untuk mengajarkan dan  memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada  masyarakat lain.
w  Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi  antarbudaya. Misalnya menonton  tarian  dari kebudayaan lain. Hiburan  tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.


2.7 Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing

1. Belajar tentang Budaya
Ketika merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda, seseorang akan dapat berkomunikasi secara efektif bila ia telah mempelajari budayanya. Lagipula, ketika merencanakan untuk tinggal di negara lain, ia tentunya juga sudah mempersiapkan bahasa yang harus dikuasainya.
Di samping itu, ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya orang tersebut juga sedikit banyak mengenal budaya maupun adat istiadat yang berlaku di negara tersebut. Bahasa asing tentunya tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Namun, memulai mengenal beberapa kata bahasa asing untuk suatu pergaulan di lingkungan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu dikembangkan.
Selain belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang budaya asing tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra bisnis Anda. Usahakan agar Anda berkonsentrasi belajar pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah budaya, agama, politik, nilai-nilai, dan adat istiadat. Berikut ini adalah contoh komunikasi lintas budaya ketika melakukan perjalanan ke suatu negara:
a. di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan; melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di Perancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali ayunan atau gerakan.
b. Jangan memberikan hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab.
c. Di Pakistan atau negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, jangan heran kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar untuk menunaikan ibadah sholat karena setiap Muslim wajib sholat lima kali sehari.
d. Anda dianggap menghina tuan rumah jika Anda menolak tawaran makanan, minuman atau setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, anda juga jangan cepat-cepat menerima segala bentuk tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran, tolaklah dengan cara-cara sopan.
e. Tekankan usia perusahaan Anda ketika berhubungan bisnis dengan pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.

2. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Lintas Budaya
Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal penting, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.
Mempelajari keterampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
Berikut ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
a. Asumsikan berbeda hingga suatu persamaan telah terbukti. Jangan berasumsi bahwa orang lain memiliki pandangan sama sampai benar-benar menjadi kenyataan.
b. Berani mengambil tanggung jawab saat berkomunikasi. Jangan berasumsi bahwa ini adalah pekerjaan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tidak memberi pendapat. Belajar mendengar suatu cerita yang utuh dan terimalah perbedaan dengan tanpa memberikan pendapat atau penilaian tentang mereka.
d. Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar bagaimana suatu penghargaan itu dikomunikasikan melalui suatu gerak isyarat, kontak mata, dan sejenisnya dalam berbagai budaya yang berbeda.
e. Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan perasaan orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi.
f. Menahan sikap ambiguitas/mendua. Belajar untuk mengendalikan kekecewaan pada situasi yang membingungkan.
g. Jangan melihat sesuatu yang superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu seperti pakaian, penampilan, atau ketidaknyamanan lingkungan.
h. Sabar dan tekun. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda, jangan mudah menyerah.
i. Mengenal bias budaya Anda sendiri. Belajar untuk mengidentifikasi ketika asumsi Anda berbeda dengan orang lain.
j. Fleksibel/luwes. Siap mengubah kebiasaan atau sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki budaya berbeda.
k. Tekankan hal-hal yang biasa. Carilah kesamaan untuk menjalin suatu kerja sama.
l. Mengirim pesan yang jelas. Membuat sinyal verbal dan nonverbal yang jelas dan konsisten.
m. Tingkatkan kepekaan budaya Anda. Belajar tentang berbagai kebiasaan dan praktik, sehingga seseorang perlu waspada terhadap potensi munculnya salah komunikasi.
n. Bersifat individual. Berkomunikasi dengan setiap orang sebagai individu bukanlah mewakili kelompok lain.
o. Belajar secara langsung. Investigasi setiap budaya, sehingga Anda tahu kapan mengirim suatu pesan dengan cara langsung atau tidak langsung.
p. Memperlakukan tafsiran Anda sebagai hipotesis kerja. Saat Anda memahami budaya asing, berhati-hatilah terhadap umpan balik yang dilakukan si penerima pesan.

3. Negosiasi Lintas Budaya
Moran, Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelatihan lintas budaya (cross-cultural training), membedakan budaya dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti makanan, liburan, gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat cenderung relatif impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal (pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam proses negosiasi.
Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan menyukai suasana yang formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada pihak lain.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner Anda sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam memahami pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan peluang untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berbicara dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Pengembangan keterampilan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya, mengingat kecenderungan dunia bisnis yang semakin global.
            Terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu: formal, informal, dan teknis. Kendala utama dalam komunikasi lintas budaya adalah perbedaan budaya dan masalah bahasa. Perbedaan budaya sering kali menjadikan komunikasi tikak efektif.
            Perbedaan budaya dapat ditunjukkan dalam nilai-nilai social, ide status, kebiasaan pengambilan keputusan, sikap terhadap waktu, pengaturan jarak bicara, konteks budaya, bahasa tubuh, adat-istiadat, perilaku hukum dan etika.
            Seseorang dapat mempelajari budaya tertentu dengan cara membaca buku-buku dan artikel, berbicara dengan orang ynag menjadi bagian dari suatu budaya, belajar bahasanya, sejarah suatu budaya suatu Negara, agama, politik, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat suatu Negara.


3.2 Saran
Hendaknya para pelaku bisnis dan masyarakat umum mau mempelajari dan memahami perbedaan budaya disekitarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesenjangan komunikasi. Bagi para budayawan hendaknya dapat dengan suka rela berbagi pengetahuan akan budayanya baik itu budaya yang bersifat verbal maupun yang nonverbal guna mengatasi kesenjangan dan perselisihan antar budaya dalam hal apapun.



DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Djoko, 2011. Komunikiasi Bisnis, Jakarta: Erlangga