BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya yang
lebih luas memberikan pengaruh kuat pada struktur dan fungsi organisasi. Para
peneliti organisasi sudah lama melihat setiap organisasi memiliki budaya yang
berbeda satu dengan yang lainnya meskipun mereka menjalankan fungsi yang sama.
Satu
organisasi dibandingkan organisasi lainnya bisa saja lebih otoritarian atau
demokratis; sangat terikat peraturan atau informal; inovatif atau menolak
perubahan; bisa menerima keragaman atau anti keragaman; atau bisa membawa
atmosfer yang bersahabat atau tidak bersahabat.
Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan., naik
dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelsaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat
pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah
Terkait dengan Budaya Organisasi
dalam penyusunan makalah ini maka masalah yang dikaji adalah sebagai berikut :
1. Apa yang
dimaksud dengan Manajemen Keragaman Budaya?
2. Apa saja Hakikat
Budaya Organisasi?
3. Bagaimana Teori
Budaya Organisasi?
4. Bagaimana Indikator
Budaya Organisasi?
5. Bagaimana Pengembangan
Budaya Organisasi?
6. Bagaimana Proses
Pembentukan Budaya?
7. Bagaimana Perubahan
Sikap dan Budaya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Menjelaskan
tentang Manajemen Keragaman Budaya.
2. Menjelaskan
tentang Hakikat Budaya Organisasi.
3. Menjelaskan
tentang Teori Budaya Organisasi.
4. Menjelaskan
tentang Indikator Budaya Organisasi.
5. Menjelaskan
tentang Pengembangan Budaya Organisasi.
6. Menjelaskan
tentang Proses Pembentukan Budaya.
7. Menjelaskan
tentang Perubahan Sikap dan Budaya.
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan manfaat baik secara teoristis maupun secara praktis. Secara
teoristis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep mata kuliah Perilaku Organisasi khususnya “Budaya
Organisasi” dan secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis,
sebagau wahana meningkatkan pengetahuan dan konsep keilmuan, khususnya tentang
materi Budaya Organisasi.
2. Pembaca,
sebagai media informasi mata kuliah Perilaku
Organisasi khususnya mengenai Budaya Organisasi.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen
Keragaman Budaya
Manajemen
keragaman budaya merupakan pengelolaan terhadap sistem manajemen sumber daya
manusia, peningkatan karier kaum wanita (gender), pengelolaan heterogenitas
dalam ras, etrik dan kebangsaan. Pemikiran tentang keragaman dan perbedaan
budaya serta program pendidikan karyawan. Pengertiannya adalah bahwa suatu
budaya yang terbentuk dalam suatu organisasi terdiri atas pembentukan dimensi-dimensi
kepentingan budaya individu sehinga untuk mengembangkan budaya organisasi
kearah yang positif, diperlukan sistem pengelolaan manajemen agar arah
pembentukan budaya itu terkendali dan menjadi modal utama bagi organisasi dan
anggota-anggotanya dalam berperilaku dan bertindak.
Manajemen
keragaman suatu budaya dalam suatu organisasi menjadi landasan dasar bagi
proses organisasi yang berlaku. Manajemen keragaman budaya mempunyai fungsi
sebagai alat untuk mengelola, antara lain sistem manajemen sumber daya manusia,
peningkatan karier karyawati, heterogenitas, kergaman kepentingan, perbedaan
budaya serta program pendidikan.
a. Sistem MSDM
Sistem
manajemen sumber daya manusia merupakan proses pengelolaan rekrutmen, pelatihan
dan pengembangan, penilaian performa, kompensasi dan keuntungan serta promosi.
a. Rekrutmen
merupakan proses pencarian sumber daya manusia (SDM), yang dimulai dari membuat
iklan, seleksi administrasi, pemanggilan untuk diinterview, tes kemampuan umum
dan tes kesehatan. Setelah lulus seleksi dan dianggap telah memenuhi
persyaratan, selanjutnya diserahkan ke bagian training dan pengembangan.
b. Pelatihan
dan pengembangan merupakan proses yang dimulai dengan pelatihan untuk
peningkatan kemampuan berlandasan pada misi organisasi. Peningkatan kemampuan
dapat berupa keterampilan melakukan pekerjaan yang akan dikerjakan oleh calon
pekerja sehingga dapat mencapai tingkat keterampilan tertentu yang
distandarisasi jabatan yang membutuhkannya. Apabila proses pelatihan berhasil,
calon dapat diteruskan untuk masuk ke masa observasi, atau didampingi
supervisor senior untuk mengenali tempat dan jabatan yang akan diisi calon.
Selesai masa observasi, calon secara defenitif dapat diangkat dengan masa
percobaan menduduki jabatan yang telah ditentukan. Pelatihan hanya diberikan
kepada calon yang baru selesai tahapan rekrutmen seperti diuraikan diatas.
Sementara untuk pengembangan, program pelatihannya dilakukan untuk mengisi
program promosi dan mutasi, yang merupakan bagian dari program pengembangan
karier, setelah dilakukan evaluasi penilaian performa.
c. Penilaian
performa merupakan program penentuan dan pengukuran kinerja karyawan. Setelah
program penentuan dan pengukuran ditentukan kriteria performa dari karyawan, apakah dia berperforma tinggi,
sedang atau rendah. Penilaian ini akan berhubungan dengan pemberian penghargaan
(reward) dan pemberian sanksi (punishment).
d. Kompensasi
dan keuntungan merupakan aplikasi dari pemberian penghargaan, berupa bonus atau
tunjangan (materiil dan nonmateriil), yang dikaitkan dengan keuntungan yang
diciptakan oleh organisasi. Pada umumnya, kenaikan kompensasi dalam bentuk
pendapatan seperti gaji, yang juga sering dikaitkan dengan kenaikan jabatan
atau promosi.
e. Promosi
merupakan program yang dilaksanakan organisasi sebagai aplikasi dari
pengembangan karier (carrier development). Promosi diberikan kepada karyawan
yang memliki performa tinggi, yang pada jabatan sebelumnya telah menunjukan
produktivitas yang tinggi dan itu berupa bentuk keuntungan bagi organisasi.
b. Peningkatan
Karier
Karier
karyawati dapat dikelola dengan mengatasi perbedaan kelamin antarkaryawan
(gender) yang dilakukan melalui proses pengelolaan dwi kelompok karier,
seksualitas dan konflik rumah tangga.
a. Dwi
kelompok karier (karier kelompok pria dan wanita disamakan) diperlukan
pengelolaannya didalam organisasi karena memperhatikan tren penggunaan tenaga
kerja wanita yang makin meningkat. Maksudnya, perbedaan jenis kelamin (gender)
antara lelaki dan wanita harus dimanajemeni secara arif yang disebabkan oleh
dari satu sisi, wanita akan mempunyai kelemahan dari segi fisik, seperti tenaga
tidak akan sama bila dibandingkan dengan kaum lelaki pada umunya. Dibandingkan
lelaki, kaum wanita lebih mudah untuk dibina dari segi sikap, seperti tingkat
ketelitian, rasa menghargai, serta cara menilai kepuasan lebih konsisten
dibanding kaum lelaki.
b. Seksualitas,
apabila terjadi gangguan dalam kehidupan seksualitas dalam seseorang, maka itu
akan membuat masalah dilihat dari segi motivasi dirinya. Misalnya, lelaki yang
mengalami impotensi tidak akan lebih tinggi motivasinya didalam bekerja
dibandingkan orang yang normal. Masalah demikian dapat dianggap sebagai
penyakit yang harus disembuhkan apabila motivasi karyawan yang mengalami
impotensi perlu ditingkatkan.
c. Pekerjaan
dan konflik rumah tangga merupakan permasalahan yang konvensional bagi setiap
tenaga kerja. Umumnya apa yang terjadi dalam rumah tangga secara tidak langsung
akan ikut berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Maksudnya apabila
terdapat permasalahan rumah tangga pada salah satu karyawan, jika atasannya
mengetahui, maka segeralah membantu mengatasinya dengan memberikan nasihat atau
pandangan-pandangan. Peran atasan sebagai fungsi supervisi dapat dilakukan
untuk mengatasinya. Keharmonisan rumah tangga akan berdampak positif bagi
perkembangan kinerja dan karier kayawan, khususnya karyawan kaum wanita yang
biasanya agak lebih sensitif dan emosionalnya dibanding pria.
c. Heteroganitas
Heterogenitas
adalah keberagaman individu berdasarkan suku, adat, ras, agama (sara) dan
pengelolaan keragaman yang ada berdasarkan perbedaan-perbedaan sara harus
dilakukan sebaik mungkin.
Efek dalam penyerapan, komunikasi dan moral yang berbeda
merupakan unsur afeksi yang perlu dibentuk menjadi suatu penyatuan yang
persepsi agar dapat mengantisipasi perbedaan-perbedaan dari segi sara.
Efek dari identitas kelompok dalam berinteraksi seperti
unsur suku, agama dan kedaerahan masih sering terjadi didalam dunia tenaga
kerja, dan oleh karena berlatar belakang berbeda, kemudian seseorang itu juga
mendapat perlakuan yang berbeda. Misalnya, masih sering seseorang dibedakan,
seperti dia menyebutkan orang Tapanuli, dia orang Jawa atau dia orang China dan
lain sebagainya, dan kemudian berdasarkan itu, ada yang ‘dianakemaskan’ dan ada
pula yang ‘dianaktirikan’ atau mungkin dalam perbedaan-perbedaan itu, kemudian
mereka membuat kelompok-kelompok dalam organisasi berdasarkan latar belakang.
Identitas ini dapat menciptakan pengelompokan yang mempunyai pengaruh negatif
di dalam suatu organisasi atau perusahaan dan kondisi seperti ini harus dapat
dijembatani oleh manajer agar dapat menjadi suatu pengaruh yang positif buat
organisasi.
Berdasarkan latar budaya atau etnis, sering juga dibuat
penilaian yang berbeda terhadap standar seseorang, misalnya etnis tertentu
dianggap lebih layak dengan suatu pekerjaan tertentu dibanding dengan etnis
lain. Sebuah perumpamaan dalam skala global, orang Asia atau Afrika dianggap
standar pembayaran upahnya (kompensasi) harus lebih rendah dibandingkan standar
untuk orang Eropa atau Amerika Serikat.
d. Pemikiran
Tentang Keragaman Perbedaan Budaya
Pemikiran
tentang keragaman adalah proses pemecahan tentang perbedaan yang ada sehingga
harus dilakukan tindakan terhadap masalah yang timbul akibat keragaman itu.
Pada
setiap masalah yang timbul biasanya akan segera diantisipasi dengan sikap untuk
mengamankan kepentingan. Kepentingan disini adalah menyangkut tentang
kepentingan individu, kelompok dan organisasi. Jika permasalahannya menyangkut
tentang individu, kelompok dan organisasi, maka diperlukan persepsi yang sama
didalam menentukan kepentingan yang didahulukan adalah yang harus menjadikan
kebiasaan untuk mengatasi kepentingan yang lebih besar (organisasi) yang paling
utama kemudian baru kepentingan kelompok dan selanjutnya kepentingan anggota
atau individu.
Dalam
persoalan tantangan yang dihadapi, sebaiknya diperlakukan sama antara penanganan
masalah dan kepentingan. Pengertiannya, apabila tantangan yang ada dihadapi
secara bersama-sama maka akan lebih mudah untuk menghadapinya dibandingkan
secara sendiri-sendiri. Tantangan harus dikelola secara terencana dan
terkoordinasi dengan baik.
Perbedaan
budaya yang ada dalam organisasi jika dapat dikelola dengan baik maka bisa
menjadi potensi didalam mengembangkan organisasi. Perbedaan budaya dapat
diatasi dengan peningkatan unsur kognitif individu, melalui pendidikan formal
maupun informal, serta secara ekseleratif dari pengalaman individu yang makin
meningkat akan dapat membentuk afeksi di dalam berfikir, berperilaku dan
bertindak individu dalam mengatasi perbedaan menjadi suatu potensi yang luar
biasa. Kergaman dan perbedaan budaya akan bisa membangun dinamika dan kompetisi
yang sehat diantara karyawan.
Di
dalam keragaman yang ada akan ditemukan kelemahan dan keunggulan dari
masing-masing, maksudnya disini harus dimanfaatkan peluang yang terjadi dengan
mengambil sisi keunggulan dari kergaman tersebut. Sebagai contoh, kergaman yang
ada antara orang dari suku batak dan jawa, peluang perbedaannya adalah suku
batak sifatnya mau cepat, tetapi kurang teliti. Sebaliknya suku jawa teliti
tapi cenderung lamban. Kedua-duanya dapat dimanfaatkan menjadi suatu keuntungan
dengan menghilangkan ciri-ciri yang menjadi kelemahan.
e. Program
Pendidikan
Program
pendidikan dilakukan untuk meningkatakn pengetahuan melalui sekolah umum, yang
merupakan lembaga pendidikan formal yang dapat dimanfaatkan untuk program peningkatan
performa karyawan, yang sesuai dengan spesialisasi dan keterampilan yang
dibutuhkan.
Pendidikan
manajemen dalam nilai (values) merupakan ciri khusus dalam program
peningkatan pengetahuan manajerial dan
karyawan, yang harus disesuaikan kepada nilai-nilai yang perlu dipahami dan
diketahui oleh manjerial dan karyawan. Sebagai contoh, peningkatan kemampuan
yang menyangkut konseptual ditunjukan bagi level manajemen atas. Sebaliknya,
kemampuan keterampilan teknis dan hubungan antarmanusia ditunjukan bagi level
manajemen menengah dan bawah. Dengan demikian, manajemen keragaman budaya dapat
membentuk suatu ciri budaya didalam organisasi atau perusahaan, yang dapat
menjadi pegangan dan falsafah bagi anggotanya didalam bertindak dan berperilaku
sesuai dengan ciri budaya yang dibentuk.
2.2 Hakikat
Budaya Organisasi
Budaya
organisasi (organizarional culture) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari lingkungan internal organisasi karena keragaman budaya yang ada dalam
suatu organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada di dalam
organisasi. Umumnya, suatu budaya organisasi juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal organisasi. Setiap karyawan mempunyai ciri dan
karakteristik budaya masing-masing sehingga sehingga tidak tertutup kemungkinan
adanya karyawan yang menyukai atau tidak, sehingga diperlukan suatu penyatuan
persepsi dari seluruh karyawan atas pernyataan budaya organisasi.
Secara
garis besar, salah satu aspek kepuasan kerja diperlihatkan dari ukuran respon
dan sikap terhadap lingkungan kerja karena lingkungan kerja merupakan unsur
budaya organisasi yang telah disepakati bersama menjadi suatu ciri budaya
diantara sesama karyawan. Didalam suatu organisasi yang menjadi penentu atau
yang memberi nilai utama (core value) adalah budaya yang dominan dari seluruh
budaya yang memiliki karyawan, yang diserap dari mayoritas anggota organisasi.
Hal ini menggambarkan budaya secara makro yang secara khusus menggambarkan
tentang suatu kepribadian (personality) yang ada di dalam suatu organisasi.
Perilaku
organisasi merupakan kelompok individu di dalam organisasi yang dapat
memengaruhi perilaku individu di dalam suatu lingkungan organisasi atau
sebaliknya (lvancevich,1996). Kelompok adalah sejumlah orang yang saling
berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain, sering kali dalam jangka waktu
tertentu jumlahnya cukup sedikit sehinggga tiap-tiap orang mampu berkomunikasi
dengan semua orang lainnya, tidak lewat orang lain atau orang kedua, tetapi
dengan tatap muka. Jika di dalam suatu organisasi terdapat suatu kelompok maka
anggotanya :
a. Mempunyai
motivasi untuk bergabung
b. Mengenal kelompok sebagai suatu unit yang terpadu
dari orang-orang yang saling berinteraksi
c. Memberi
sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda yang saling berinteraksi
d. Mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan
pendapat lewat berbagai macam interaksi
Di
dalam organisasi apapun akan timbul kelompok di dalamnya. Hal demikian
disebabkan oleh adanya pencapai tujuan yang memerlukan tugas-tugas tertentu
yang harus dilaksanakan dan karyawan ditugaskan untuk melaksanakan
pekerjaannya. Kelompok karyawan yang ditempatkan pada posisi mereka didalam
organisasi dinamakan kelompok formal. Sebaliknya, bila individu bergabung atas
dasar yang sifatnya berbeda dari kegiatan yang disyaratkan oleh organisasi,
maka kelompok ini dinamakan kelompok informal.
Proses
organisasi menimbulkan formulasi dan jenis-jenis kelompok yang berbeda-beda.
Kelompok formal dalam organisasi ada dua bentuk, yaitu kelompok komando dan
kelompok tugas. Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi, kelompok ini
terdiri dari atas bawahan yang melapor kepada pimpinan tertentu. Hubungannya
adalah wewenang antara manajer dan supervisor atau supervisor dan bawahannya.
Kelompok
tugas terdiri atas karyawan yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan suatu
tugas atau proyek tertentu. Seperti dicontohkan dengan karyawan suatu
universitas, karyawan diberikan tugas untuk mengadakan ujian atau tes
penerimaan mahasiswa baru. Kegiatan ini menyebabkan beberapa karyawan harus
saling berkomunikasi dan saling mengadakan koordinasi untuk mengurus tempat
tes, siapa yang membuat soal tes dan persiapan-persiapan lainnya agar
pelaksanaan penyelenggaraan tes berjalan lancar.
Disamping
kelompok formal dan informal, ada juga dua sifat kelompok, yaitu kelompok
kepentingan dan kelompok persahabatan. Kelompok kepentingan merupakan gabungan
para karyawan yang secara bersama-sama membentuk front yang terpadu dalam menghadapi manajemen untuk mendapatan
manfaat yang lebih banyak. Sedangkan kelompok persahabatan dibentuk karena para
anggotanya mempunyai suatu kesamaan, misalnya usia, kepercayaan, politik, agama
atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini sering kali melebarkan
interaksi dan komunikasi mereka sampai pada kegiatan di luar pekerjaan.
Suatu
proses perkembangan yang berurutan dari kelompok pada dasarnya dimulai dengan
saling percaya di antara anggota, sampai kepada saling komunikasi dan akhirnya
memelihara pengendalian. Suatu model dari perkembangan mengasumsikan bahwa
kelompok menempuh empat tahap perkembangan ialah sebagai berikut :
1. Saling
menerima merupakan tahap permulaan dari pembentukan kelompok
2. Komunikasi
dan pengambilan keputusan dalam pertemuan para anggota
3. Motivasi
dan produktivitas kelompok sudah makin dewasa
4. Pengendalian
organisasi, merupaka tahap dimana aplikasi kelompok dinilai dan anggotanya
diatur oleh norma kelompok
Untuk
memahami perilaku kelompok, kita perlu mengetahui ciri-ciri kelompok, diantara
sebagai berikut :
1. Sturkur
Di
dalam suatu kelompok berkembang beberapa tipe struktur, para anggota kelompok dibedakan atas dasar beberapa
faktor, seperti keahlian, kekuasaan, status dan sifat agresif.
2. Hierarki status
Perbedaan
status membedakan posisi yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan status
memiliki pengaruh yang sangat besar atas pola dan komunikasi.
3. Peran
Dalam setiap kelompok, setiap posisi mempunyai peran yang
saling berhubungan, yang terdiri atas perilaku yang diharapkan dari mereka yang
menduduki posisi tersebut.
4. Norma atau aturan
Norma dan aturan merupakan standar yang diterima oleh
anggota kelompok yang mempunyai karakteristik tertentu atau suatu peraturan
yang tertulis.
5. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kelompok merupakan suatu
karakteristik penting. Dalam kelompok formal pemimpin dapat menjalankan
kekuasaanya secara resmi. Dalam kelompok informal, pemimpin dianggap sebagai
orang yang berwibawa dan dihormati karena dianggap dapat membantu kelompok
untuk mencapai tujuannya.
6. Kesatupadanan
Kesatupadanan dipandang sebagai suatu kekuatan yang
memaksa para anggota untuk tetap berada dalam satu kelompok. Konsep ini penting
dalam memahami kelompok dan organisasi karena dapat menciptakan pengaruh yang
positif atau negatif, tergantung pada sampai seberapa jauh tujuan kelompok dan
organisasi formal.
2.3 Teori Budaya
Organisasi
Budaya
adalah segala sesutau yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia
dalam masyarakat serta termasuk pengakumulasian sejarah dan objek-objek atau
perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu (Perucci & Hamby, 1977). Budaya
diambil dari nilai etnografik yang merupakan suatu kesatuan yang kompleks, yang
termasuk didalamnya pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kemampuan dan
keterampilan yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Fielman
(1966) manyatakan bahwa budaya terdiri atas sikap belajar, kepercayaan dan
tingkah laku yang merupakan ciri dari sebuah masyarakat, individu atau suatu
populasi. Budaya dipandang sebagai nilai-nilai atau norma yang merujuk kepada
bentuk pernyataan tentang apa yang dapat dan apa yang tidak dapat dilakukan
oleh anggota organisasi dan sebagai asumsi yang merujuk kepada hal-hal apa saja
yang dianggap benar atau salah (Owen, 1991).
Menurut Randolp & Blackburn
budaya organisasi merupakan sebagai perangkat nilai-nilai kunci, kepercayaan
dan pemahaman-pemahaman yang dibentuk oleh dan untuk anggota organisasi. Budaya
perusahaan secara psikologis dapat menjadi motivasi bagi karyawan di dalam
bekerja karena lingkungan budaya yang ada sesuai dengan budaya karyawannya.
Jennifer & Gareth
(1996) menyatakan tentang konsep dari suatu budaya organisasi adalah
informalisasi dari satuan nilai dan norma, sebagai alat kontrol bagi
langkah-langkah karyawan dan kelompoknya di dalam organisasi untuk berinteraksi
secara agresif, cepat, dan mudah dengan yang lainnya serta dengan orang di luar
organisasi, sebagai pelanggan atau pemasok. Budaya organisasi merupakan perekat
sosial bagi anggota-anggota organisasi secara bersama-sama melalui nilai-nilai
serta norma-norma standar yang jelas tentang apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan dan dikatakan oleh anggotanya. Budaya organisasi sangat menentukan
didalam operasional organisasi secara terus-menerus dalam mengantisipasi
perubahan perilaku konsumen, dengan tujuan setiap terjadi perubahan perilaku
pelanggan, maka organisasi harus dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan.
2.4 Indikator
Budaya Organisasi
Pada
analisis teoretik pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi atau dapat disebut sebagai budaya perusahaan merupakan kesepakatan
perilaku karyawan didalam organisasi yang digambarkan dengan selalu berusaha
menciptakan efisiensi, bebas dari kesalahan, perhatian terfokus kepada hasil
dan kepentingan karyawan, serta kreatif dan akurat menjalankan tugas. Dari
indikator budaya organisasi tersebut, yang dapat dikemukakan sebagai kesimpulan
adalah :
1. Karyawan
yang inovatif memperhitungkan risiko
2. Karyawan
memberi perhatian kepada setiap masalah yang ada secara detail
3. Karyawan
berorientasi kepada hasil yang akan dicapai
4. Karyawan
berorientasi kepada kepentingan karyawan
5. Karyawan
agresif didalam bekerja
6. Karyawan
menjaga dan mempertahankan stabilitas kerja
1. Inovatif
Memperhitungkan Risiko
Norma yang dibentuk
berdasarkan kesepakatan bahwa setiap karyawan akan memberikan perhatian yang
sensitif terhadap segala permasalahan yang mungkin dapat membuat risiko
kerugian bagi kelompok dan organisasi secara keseluruhan. Perilaku karyawan
yang demikian dapat dibentuk apabila berdasarkan kesepakatan bersama sehingga
secara tidak langsung membuat rasa tanggung jawab bagi karyawan untuk
melakukannya secara konsisten.
Contoh
:
Didalam organisasi
bisnis, bagian produksi mengetahui kondisi barang yang dikerjakannya, apabila
ada barang yang cacat (yang seharusnya ditahan daur ulang / reject) tidak
dikirim kebagian pemasaran, tetapi oleh bagian produksi tetap dikirim sehingga
bagian pemasaran tanpa menyadari barang tersebut cacat juga men-deliver ke
konsumen. Pada akhirnya barang yang cacat tersebut menjadi masalah bagi
konsumen, akibatnya konsumen menjadi kecewa dan melakukan komplain. Komplain
konsumen ini oleh bagian pemasaran tetap dilayani melalui bagian layanan
purnajual (aftersales service).
Dari
permasalahan demikian akan terjadi kerugian bagi perusahaan, terutama dilihat
dari segi waktu, yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Tetapi, waktu yang
digunakan mengatasi komplain konsumen sebagai akibat dari tidak sensitifnya
bagian produksi mengantisipasi risiko dan dapat mengakibatkan kerugian lain,
seperti merusak nama baik (perusahaan dan produk) dan kemungkinan larinya
konsumen ke produk lain. Jadi keadaan seperti ini disadari dan menjadi
kesepakatan diantara karyawan dan antar bagian untuk mengatasinya, maka itu
akan menjadikan pembentukan nilai bagi perilaku karyawan dan kelompoknya untuk
kedepan.
2. Memberi Perhatian
pada Setiap Masalah Secara Detail
Memberikan perhatian pada setiap
masalah secara detail akan menggambarkan ketelitian dan kecermatan karyawan
dalam melaksanakan tugasnya dan akan menggambarkan tingkat kualitas pekerjaan
yang tinggi, yang pada akhirnya dapat menciptakan kualitas produk yang tinggi.
Apabila setiap karyawan memberikan perhatian secara detail terhadap semua
permasalahan yang ada didam pekerjaannya, maka tingkat penyelesaian masalah
dapat digambarkan menjadi suatu pekerjaan yang berkualitas tinggi.
Pengertiannya, kepuasan konsumen akan terpenuhi sehingga organisasi dapat
menciptakan laba secara maksimal. Keadaan seperti ini dapat dibentuk oleh suatu
budaya organisasi.
3. Berorientasi
terhadap Hasil yang Akan Dicapai
Supervisi seorang
manajer terhadap bawahannya merupakan salah satu cara manajer untuk mengarahkan
dan memberdayakan mereka. Melalui supervisi ini, dapat diuraikan tujuan
organisasi dan kelompok serta anggotanya. Tujuan tersebut pada akhirnya
menggambarkan hasil yang harus dicapai. Apabila persepsi dari bawahan itu dapat
dibentuk dan menjadi satu kesatuan didalam melakukan tugas untuk mencapai hasil
serta bawahan punya komitmen dengan konsensus tersebut maka semua akan mudah
dilakukan. Dapat dikatakan bahwa bawahan itu berorientasi kepada hasil. Kondisi
demikian menggambarkan bahwa orientasi hasil yang dicapai adalah yang dibentuk
oleh budaya organisasi.
4. Berorientasi kepada
Semua Kepentingan Karyawan
Keberhasilan atau
kinerja organisasi salah satunya ditentukan kekompakan tim kerja (team work).
Kerja sama tim dapat dibentuk jika manajer dapat melakukan supervisi dengan
baik terhadap bawahannya. Bawahan akan termotivasi untuk meningkatkan
produktivitas apabila mereka dapat bekerja sama secara tim didalam organisasi.
Dengan demikian, orientasi atas kepentingan sesama karyawan dapat terbentuk
disebabakan oleh adanya budaya organisasi. Apabila kepentingan organisasi dapat
dicapai maka semua kepentingan karyawan akan dapat pula terpenuhi.
5. Agresif dalam
Bekerja
Agresif didalam bekerja saja belum
cukup. Ia akan dipengaruhi lagi oleh banyak variable dan indikator perilaku
lainnya. Tetapi didalam hal ini agresivitas menjadi bagian yang akan menjadi
salah satu faktor dari budaya organisasi.
6. Mempertahankan dan
Menjaga Stabilitas Kerja
Performa yang baik dari
karyawan harus didukung oleh kesehatan yang prima. Karyawan harus mampu menjaga
kondisi kesehatannya agar tetap prima, kondisi seperti ini hanya dapat dipenuhi
apabila mengonsumsi makanan yang bergizi dan memadai. Dengan tingkat pengendalian
yang prima, menggambarkan performa karyawan tetap prima dan stabilitas kerja
dapat dipertahankan.
Apabila
semua indikator dari budaya organisasi ini dapat dipenuhi, maka suatu budaya
dengan karakteristik tertentu, umpamanya budaya organisasi yang tinggi dan kuat
akan dapat dibentuk didalam suatu organisasi, baik organisasi bisnis ataupun
jasa. Budaya yang terbentuk akan menjadi landasan filosofis bagi organisasi,
yang pada akhirnya dapat membentuk performa dan kepuasan karyawan yang tinggi.
Budaya organisasi yang baik akan dapat membentuk perilaku individu, yang secara
langsung membentuk juga perilaku keorganisasian, baik pada perusahaan maupun
sosial kemasyarakatan.
2.5 Pengembangan
Budaya Organisasi
Budaya organisasi menurut Cross & Shichman dapat dikembangkan
dengan menggunakan metode yang dapat membuat suatu kondisi (conditioning)
budaya organisasi dapat menjadi suatu keterpaduan budaya anggotanya.
1. Pengembangan Budaya
sesuai Tuntutan Sejarah
Pengembangan budaya
sesuai tuntutan sejarah ialah membentuk kondisi organisasi dapat
mengidentifikasikan tuntutan berdasarkan komitmen sejarah (historycal) dari
orang-orang terdahulu yang dianggap sebagai “pahlawan” didalam pembangunan dan
pengembangan ekonomi, sosial, serta politik, baik didalam lingkup perusahaan
maupun lingkup nasional atau internasional.
2. Kreativitas dan
Pemahaman Keutuhan
Kreativitas dan pemahaman akan
keutuhan anggota dapat dibentuk dengan metode kepemimpinan dan aturan yang
berlaku (secara tertulis maupun tersirat). Demikian juga etika dalam
berkomunikasi (norm and values) harus
dijunjung tinggi. Kreativitas merupakan efek dari proses berpikir orang, yang
apabila dikembangkan berdasarkan nilai dan norma, serta aturan yang berlaku,
akan dapat dikembangkan menjadi salah satu aspek dalam menciptakan inovasi.
Pengembangan kreativitas ini akan dapat dilakukan apabila faktor kepemimpinan
sangat mendukung, baik dari segi kapasitas, efektivitas, maupun dari segi
kepribadian kepemimpinan.
Budaya yang terbentuk akan menuntun
anggota organisasi menjadi kreatif dan akan saling menghargai sebagai akibat
dari hasil supervisi dan pemberdayaan yang dilakukan pimpinan. Budaya
organisasi juga akan membentuk rasa persaudaraan, dengan berpikir ke masa depan
tentang manfaat atas pemahaman dari keutuhan organisasi.
3. Promosi dan
Pemahaman tentang Anggota
Program rekrutmen dan penempatan
karyawan yang terencana dengan baik akan dapat menciptakan program-program
lainnya berjalan secara selaras. Demikian juga dengan program pelatihan dan
pengembangan, akan berjalan sesuai dengan program penempatan dan promosi
karyawan, serta sosialisasi anggota hasil rekrutmen akan dapat melakukan
observasi dan pengenalan dapat berjalan dengan baik.
Program promosi akan dapat berjalan
dengan baik apabila performa karyawan sesuai dengan standar dan berkembang
menurut eskalasi tuntutan jabatan serta sistem penghargaan berjalan dengan
baik. Demikian juga dengan performa yang dibutuhkan pada jabatan yang lebih
tinggi yang dipromosikan, manajemen karier harus disusun secara jelas dan
terencana, sistem pengembangan karier dapat menjamin akan sesuai terhadap
pelaksanaan yang berjalan secara adil dan bijaksana, tanpa dibarengi
pengaruh-pengaruh yang negatif, seperti ketidakadilan dan bayangan prasangka
buruk, tanpa dianalisis terlebih dahulu.
4. Tingkat Pertukaran
Informasi di Antara Anggota
Melakukan pertukaran informasi di
antara sesama anggota lebih baik dering dilakukan, demgam tujuan menciptakan
kebersamaan dan pendalaman pada masing-masing bidang keterampilan disetiap
anggota organisasi. Pertukaran dapat dimulai dengan memfasilitasi kontak
antarsesama anggota organisasi. Proses pertukaran ini tidak terbatas hanya
masalah informasi saja, tapi bisa juga dalam bentuk fisik, yaitu pertukaran
personal lintas bagian, divisi, bahkan lintas sektoral dan organisasi.
Suatu langkah promosi dapat dilakukan
apabila karyawan yang akan dipromosikan telah berpengalaman dan pernah
mengikauti program pertukaran tugas antarbagian, minimal dilakukan didalam
organisasi, apabila pernah melakukan program pertukaran diluar organisasi akan
lebih baik dan akan menambah wacana yang lebih luas bagi karyawan.
Menurut Cross & Schichman, untuk mengembangkan suatu budaya organisasi,
kita harus mengondisikan budaya tersebut ibarat sebuah rumah tempat tinggal
(HOME) :
Metode Mengondisikan
·
Kerumitan sejarah Kembangkan
·
Belajar dari “pahlawan”
H Tuntutan
Sejarah
·
Kepemimpinan dan
aturan Kreativitas
dan
·
Norma & Nilai
Komunikasi O Pemahaman
dari
Keutuhan
·
Sistem
Penghargaan
·
Manajemen Karier &
Keamanan Kerja Promosi
·
Rekruitmen dan
Penempatan M Pemahaman
·
Sosialisasi Anggota
Baru tentang
Anggota
·
Pelatihan dan
Pengembangan
·
Kontak Antaranggota Tingkatkan
·
Partisipasi dalam E Pertukaran
Pengambilan
Keputusan di
Antara
·
Koordinasi
Antarkelompok Anggota
·
Pertukaran Anggota
Bila semua variabel-variabel tersebut dapat
disatukan, maka akan membentuk suatu kondisi yang sangat menyenangkan, yaitu
suatu budaya organisasi dapat dikembangkan sesuai dengan kenyamanan suatu rumah
tinggal yang menyenangkan penghuninya, merasa aman dan terlindungi, serta
mendapat tempat yang teduh di rumah tersebut. Demikian juga budaya organisasi,
akan dapat dikembangkan sesuai makna rumah tinggal bagi anggota-anggotanya.
2.6 Proses
Pembentukan Budaya
Globalisasi
diartikan sebagai menipisnya batas atau tidak adanya lagi batas budaya
antarnegara, dan itu berlaku juga didalam kegiatan bisnis, baik manufaktur
ataupun jasa. Globalisasi mengakibatkan terjadi pembauran lintas budaya
antarnegara dan bangsa. Dengan demikian, terjadinya proses pembentukan suatu
budaya organisasi ataupun perusahaan tidak lagi hanya dari unsur budaya lokal
saja, tetapi pembauran aspek dari lintas budaya juga sudah sangat
mempengaruhinya, sehingga diperlukan langkah-langkah tersebut akan dijelaskan
berikut ini.
1. Identifikasi
Etika Secara Menyeluruh
Manajemen
secara total hampir tidak mungkin dapat menghadapi kekuatan yang ada di dalam
suatu organisasi karena sifat dan bentuknya yang kompleks. Namun, untuk
melakukannya, manjemen bisa memulai dengan mengenali budaya dari anggota atau
karyawan yang ada di dalam organisasi dengan masing-masing cirinya.
Selanjutnya, mempelajari dan memilih budaya mana yang akan dikembangkan dan
dibentuk menjadi budaya perusahaan. Proses pembentukkannya bisa dimulai dengan
penggabungan dari budaya yang berpengaruh terhadap setiap karyawan.
Pelaksanaanya dimulai dengan penggabungan pengetahuan, kepercayaan, dan
nilai-nilai yang dimiliki. Selanjutnya, dirumuskan yang mana nilai yang paling
disukai untuk disepakati sebagai aturan dalam organisasi oleh setiap level
manajemen sampai tingkat paling bawah yaitu karyawan.
Kekhasan
budaya akan dibentuk oleh setiap organisasi untuk menghadapi kekuatan-kekuatan
yang ada, sebesar apapun organisasinya atau semodern apapun organisasinya, baik
organisasi laba maupun nirlaba, tetap akan melakukan pendekatan-pendekatan
didalam menghadapi kekuatan yang ada dan akan dihadapi di dalam organisasi. Ada
empat alasan kenapa manajemen memilih pendekatan yang paling ideal di dalam
pembentukan budaya, yaitu seperti berikut ini.
a. Motivasi secara alamiah, yaitu motivasi kerja
yang akan menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginannya.
b. Sistem membutuhkan aturan main yang membuat
manajemen berusaha mendorong orang melakukan sesuatu di dalam merespons simbol
yang ada.
c. Mereka akan melihat simbol yang ditetapkan
manajemen, menggunakan bahasa dalam bercerita serta didalam melakukan upacara
penghormatan dan kebutuhan di dalam melakukan koordinasi.
d. Top manajemen harus mampu mengelola budaya yang
ada (intrinsik) melalui pemilihan misi dari organisasi. Selanjutnya, memilih
misi budaya organisasi, melalui penilaian terhadap pemanfaatan teknologi
internal, instuisi, kebutuhan kesehatan, serta proses seleksi (rekrutmen,
penggajian, dan promosi) pada setiap orang di dalam organisasi.
2. Pendekatan
Kognitif Dalam Membentuk Budaya
Dengan
mempelajari setiap kasus yang terjadi maka kita akan berpikir dalam membuat sesuatu,
kenyataan yang terjadi adalah sesuatu untuk dipertimbangkan dalam membuat
keputusan dalam pengembangan budaya organisasi. Makin banyak kasus yang
dipelajari, maka akan makin banyak teknik-teknik pertimbangan yang dapat
dilakukan. Penggunaan pertimbangan dapat menjadi faktor penguat atau dengan
memodifikasinya, sehingga dapat menunjang terhadap pengembangan budaya
organisasi.
2.7 Perubahan
Sikap dan Budaya
Proses
perubahan didalam pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh nilai budaya dan norma
sosial. Kurun waktu mulai 1970-1980, sebagai contoh di AS, hampir setengah
tenaga kerja adalah wanita. Perubahan ini menyebabkan pergeseran terhadap
nilai-nilai dan hukum yang mengatur peningkatan kontribusi, sebagai akibat
partisipasi wanita di dalam pasar tenaga kerja. Peningkatan pasar tenaga kerja
ini juga meningkatkan kreasi yang bervariasi bagi bagian personalia (HRD).
Contoh yang dapat diambil, antara lain perusahaan Motorola dan Phoenik,
Amerika. Motorola membangun dan menyediakan tempat penitipan bayi. Tujuannya
adalah untuk membuat karyawati dapat bekerja dengan tenang karena bayinya ada
yang merawat dan pada istirahat kerja dapat dikunjungi. Demikian juga yang
dilakukan oleh Amerika Banker Finance, mereka merekrut para juru rawat untuk
menjaga bayi dari karyawati-karyawati yang mempunyai bayi. Dengan adanya hal
demikian, terjadinya perubahan sikap dan kebijakan sebagai akibat karyawan yang
dibutuhkan dalam perusahaan juga berubah karena banyaknya wanita yang bekerja.
a. Perubahan
Peran Manajer dan Bagian SDM
Mulai
pada era 1990-an sampai sekarang, yang menjadi tren tantangan dalam keragaman
tenaga kerja diperjelas dengan terbentuknya manajemen SDM internasional. Tidak
hanya manajer dan ahli SDM yang ikut mempengaruhi keragaman pasar tenaga kerja,
baik yang berskala lokal maupun yang bertingkat global, SDM profesional umum
juga ikut mempengaruhi keragaman pasar tenaga kerja. Globalisasi memberikan
gambaran tentang peningkatan keragaman pasar tenaga kerja di dalam dan luar
negeri.
Penggabungan
dan kapitalisme beberapa perusahaan yang makin meningkat (merger, join venture,
franchise atau waralaba) dilingkungan internasional juga turut memberikan
kesuksesan suatu kebijakan SDM yang baik dengan membuat sistem dan
implementasinya terintergritas.
Kecenderungan
belakangan, adanya peningkatan investasi transnasional oleh perubahan
multinasional sehingga implikasinya adalah transfer tenaga kerja dari beberapa
negara ke negara Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, serta ke sebagian Asia
Timur.
Peran
manajer dan bagian SDM selanjutnya akan memberikan kontribusi kepada organisasi
melalui informasi tentang keragaman budaya di antara perusahaan yang bergerak
secara internasional. Peran bagian SDM tidak langsung menyangkut kepada
transfer teknologi atau inovasi, tetapi kepada
fasilitasnya. Bagian SDM yang proaktif yang bekerja sama dengan manajer operasi
beserta pimpinan proyek akan dapat memberikan solusi mengenai keragaman budaya
di dalam membantu strategi perusahaan.
Secara
spesifik, misalnya keragaman budaya menciptakan efek pada perencanaan bisnis
melalui pengaderan manajer wanita yang profesional. Pada negara berlatar
belakang budaya muslim yang dominan, sebagai contoh, pekerja wanita harus
dipisahkan ruangannya dengan pria. Kepedulian atas keragaman budaya dpat membuat
kesuksesan perencanaan dan beberapa usaha di bagian SDM terus memberikan
kesempatan bagi tenaga kerja wanita sebagai jalan untuk memberi manfaat atau
hasil di dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan karyawan disertai tujuan
perusahaan. Kenyataanya, memenuhi kebutuhan karyawan adalah juga merupakan
pusat dari peran bagian SDM untuk menghadapi tantangan perubahan budaya.
b. Tantangan
Terhadap Fungsi Organisasi
Fungsi
sumber daya manusia secara tetap dan konsisten akan berlanjut, yang menjadi
faktor penentu membuat organisasi menjadi efektif, karena pada suatu saat
organisasi mengejar tujuan sosial yang harus dilakukannya. Tantangan organisasi
diartikan sebagai usaha mencapai tujuan dari sasaran sumber daya manusia agar
tetap efisien dan profesional. Didalam organisasi harus selalu dijaga
keseimbangan antara strategi organisasi dan tujuannya. Bagian sumber daya
manusia ini yang merupakan bagian pelayanan didalam organisasi, termasuk untuk
melayani anggota organisasi, agar jangan melupakan bahwa mereka sebagai bagian
dari organisasi yang melakukan tugas utama didalam memenuhi sasaran organisasi.
Dengan
demikian, tantangan terhadap fungsi organisasi dapat berpengaruh terhadap
perubahan budaya organisasi. Alasannya adalah apabila fungsi organisasi mengalami
perubahan secara otomatis, maka dapat membuat perubahan atau perbaikan didalam
misi dan strategi organisasi.
c. Tantangan
Bagi Individu
Individu
selalu memiliki tujuan pribadi dalam hidupnya dan dalam bekerja, yang
diupayakan melalui profesionalisme dirinya sebagai sumber daya manusia.
Profesionalisme sangat menentukan untuk mencapai tujuan tersebut dan individu
dapat mengkontribusikannya ke dalam organisasi. Pada waktu tertentu, sumber
daya manusia yang profesional juga harus turut membantu yang lainnya untuk
mencapai tujuannya, artinya setiap individu harus memberi perhatian dan
berhubungan dengan individu lainnya untuk mencapai tujuannya yang berkaitan
dengan tugasnya di dalam menyukseskan program kerja.
Dengan
demikian, tantangan individu sebagai sumber daya manusia yang profesioanal,
yang harus secara konsisten harus dapat meningkatkan efektifitas
keprofesionalismenya, harus bisa mengantisipasi pencapaian sasaran dan tujuan
dari organisasi. Setiap perubahan yang terjadi harus terus diikuti individu
didalam organisasi, agar perubahan tersebut dapat diantisipasi. Setiap
perubahan di dalam organisasi juga dapat membuat perubahan di dalam sikap
profesionalisme individu. Sebagai profesional, individu juga harus siap
menerima perubahan dan membuat perubahan di dalam budaya organisasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya organisasi itu adalah sistem
yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi di mana hal itu
menuntun perilaku dari anggota organsisasi itu sendiri. Oleh karena itu, dengan
adanya budaya dalam tubuh organisasi, maka akan lebih mudah tercapai visi dan
misi yang akan dicapai. Budaya itu tidak muncul begitu saja, awalnya dibuat
oleh sang pendiri perusahaan kemudian diikuti oleh bawahannya. Kemudian mereka
harus mempertahankan budaya organisasi itu, agar visi dan misi yang ingin
dicapai mudah diterapkan dalam organisasi. Diantaranya dalam organisasi
terdapat seleksi, tindakan manajemen puncak dan sosialisasi untuk karyawan
baru. Dengan ketiga jalan itu diharapkan menjadi solusi agar karyawan baru
mengetahui budaya organisasi dan dapat berbaur di dalamnya.
3.2 Saran
Saran yang penyusun berikan dalam
kajian budaya organisasi adalah bahwa budaya dalam organisasi seharusnya dapat
dijunjung tinggi dan dijaga di dalam suatu organisasi. Sebab tanpa adanya
budaya organisasi yang baik, suatu organisasi akan banyak memiliki suatu
kesalahpahaman sehingga organisasi tersebut akan berjalan kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Manahan P, Tampubolon, 2012. Perilaku Keorganisasian, Bogor : Ghalia
Indonesia
The BetMGM sportsbook and mobile app is now live - KC-TV
BalasHapus› app › bet-m › app › bet-m Sep 4, 2021 — Sep 4, 2021 BetMGM, the 김포 출장마사지 world's largest sports 서울특별 출장샵 betting app, is live. 인천광역 출장안마 Now, users 김천 출장안마 can now bet online legally in Michigan, New Jersey, Colorado, Michigan, 동해 출장샵 New